Berita

Dua minggu menginap di Pelabuhan Lembar, PT Pelni Cabang Lembar Buat kacau para Sopir asal NTT

×

Dua minggu menginap di Pelabuhan Lembar, PT Pelni Cabang Lembar Buat kacau para Sopir asal NTT

Sebarkan artikel ini
Terlihat para Sopir berkumpul
Terlihat para Sopir berkumpul

NTB Times – Puluhan kendaran truk asal Sumba NTT mengeluhkan pembelian tiket secara online di PT Pelni Cabang Ampenan/Lembar bukan lantaran harganya yang mahal namun karena stok ketersediaannya terbatas. Lantaran sistem yang di berlakukan pada tahun 2 itu akhirnya puluhan sopir harus menginap selama 1 hingga 2 minggu di Pelabuhan Lembar.

Para sopir ini mengaku sangat keberatan dengan pelayanan yang diberikan oleh PT Pelni Cabang Ampenan/Lembar ini. Pasalnya, saat mengakses aplikasi dari Pleni mereka merasa kesulitan, mereka malah tak mendapatkan tiket karena stoknya sudah habis.

Atas dasar itu, meraka menduga ada permainan yang dilakukan oleh semua karyawan pelni cabang Ampenan/Lembar untuk dirombak karna jika masih ada orang-orang tersebut maka akan marak terjadi kesalahgunaan wewenang dan jabatan.

“Saya pastikan ini ada indikasi oknum-oknum di PT Pelni di cabang Ampenan/Lembar ada kecurangan,” jelas salah satu sopir dari Sumba, Soleh 47 tahun saat diwawancarai, Selasa (23/5).

Ia dan 40 Sopir lainnya rela harus menginap selama 2 minggu untuk bisa membawa barang yang di pesan bosnya itu di Lombok untuk di bawa ke Sumba NTT. Namun , usahanya itu sia-sia karena stok tiket yang dilakukan secara online oleh PT Pelni itu sudah habis terjual.

Ketersediaan tiket tersebut sangat sedikit sehingga mereka yang tak dapat memesan harus menunggu untuk pemesanan besok dua minggu lagi. Soleh dan teman-teman sopir yang lain mengaku sangat kecewa dengan prosedur yang di keluarkan oleh Pleni cabang Ampenan/Lembar itu, karena selain merugikan juga akan dimanfaatkan oleh oknum calo yang menjual tiket dengan offline.

“Mau tidak mau temen-temen ini harus beli di calo-calo ini yang harganya sampai Rp 5 juta lebih sedangkan kita sama-sama cari rizki lewat sini. Kok kita seperti di permainkan,” kata Soleh

Soleh dan teman-temannya yang lain juga merasa ada permainan yang dilakukan pihak Pleni yang berlakukan menjual tiket secara online dengan kapasitas yang sedikit. Dimana, kata Soleh di saat penjualan tiket online habis maka kesempatan bagi calo menjual dengan harga lebih mahal.

“Seperti itu, makanya kami ingin lebih transparan saja, Kemarin soalnya gak ada tiket masih terus disuruh nunggu dua minggu lagi. Tapi kenapa saat tiket habis, malah di calo tiket itu masih tersedia banyak dengan harga dua kali lipat. Ini kana ada semacam udang dibalik batu,” kata Soleh.

Saat ditanya kenapa tak menyebrang melalui Pelabuhan Kayangan, mereka mengaku tak mau ribet karena harus melewati Sumbawa dan Bima dulu baru dan menyebrang lagi ke NTT. Tentu cara itu akan menguras isi kantong dan tenaga mereka lagi.

“Di Kayangan tak ada Pelindo, ASDP saja kalau Pelindo kan perjalanan jauh itu bisa, sebenernya bisa saja lewat kayangan tapi itu harus lewati sumbawa bima dulu terus nyebrang lagi kan ribet,” jelasnya

Ditempat yang sama Martin yang juga seorang sopir asal Sumba NTT meminta supaya pemerintah Provinsi lebih memperhatikan pelayan yang di lakukan PT Pleni cabang Ampenan/Lembar itu. Pasalnya selama ia menjadi sopir dan berhubungan dengan banyak pelabuhan, hanya di pelayanan Pleni Lembar yang memiliki sistem seperti itu.

“35 Tahun saya bergrlut di dunia luar ini, tapi sistem pelayanan di sini sangat tidak memuaskan. Bagaimana mau maju kita kalau di gorok seperti ini dengan harga tiket yang lebih mahal,” jelasnya.

Sebagai informasi, untuk normalnya yang dipesan melalui online sebanyak Rp 4,5 juta yakni penyebrangan menggunakan truk dengan kapasitas muatan cukup dari pelabuhan Lembar menuju Sumba. Sementara saat mereka membeli di calo maka harganya akan mencapai 5,7 juta.

Saat di komfirmasi mengenai hal tersebut Manager Oprasional Pelindo cabang Lembar Wawan Abiyono mengatakan Pelindo hanya menyediakan pelabuhan. Dia mengaku otoritas kewenangan untuk tiket hanya di PT. Pleni.

“Kewenangan kami hanya menyediakan pelabuhan, kalau masalah itu di PT. Pleni. Kalau masalah kapasitas kami hanya menyediakan 1 kapal saja dengan kapasitas 40 truk,” jelasnya

Dari informasi yang di katakannya, 40 lebih sopir tersebut kini sudah diberangkatkan pada Selasa, (23/5). (ys)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *