Berita

Kisah Guru Wan Mendirikan Pondok Pesantren di pelosok Lombok Barat dari hasil bertani dan Kuli

×

Kisah Guru Wan Mendirikan Pondok Pesantren di pelosok Lombok Barat dari hasil bertani dan Kuli

Sebarkan artikel ini
Guru Wan pimpinan Pondok pesantren Zainul Hafidz At-taufiq (foto : y)
Guru Wan pimpinan Pondok pesantren Zainul Hafidz At-taufiq (foto : y)

NTB Times, Lombok Barat – Kisah H. Sahwan atau yang biasa dikenal dengan Guru Wan menjadi guru inpiratif bagi seluruh masyarakat. Pria yang berasal dari Dusun Sepi Desa Buwun Mas Sekotong Lombok Barat ini, malah menyisihkan uangnya untuk mendirikan sekolah pondok pesantren (ponpes) terpelosok demi mencerdaskan pendidikan di daerah itu.

Terlepas dari itu, terlahir dari keluarga yang tak mampu dan hidup seadanya menjadi seorang guru kontrak pada tahun 2009. Kemudian memiliki mimpi untuk bisa membangun sebuah Pondok Pesantren dengan dana seadanya sekolah itu pun kini terwujud berkat niat mulianya itu.

“Mungkin karena niat saya ingin mencerdaskan sekolah di pelosok ini, Allah membukakan jalan bagi saya dan alhamdulillah sampai saat ini berdirilah Pondok Pesantren Zainul Hafidz At-taufiq ini,” kata Guru Wan saat di komfirmasi Kamis (25/5).

Dia mengaku Ponpesnya itu sampai saat ini sudah memiliki 180 santri, mulai dari Aliyah, tsanawiyah, dan iftida’iyyah. Dengan luas lahan sebanyak 12 hektar itu, sangat mampu untuk menampung murid-muridnya.

Namun terlepas dari kata sejahtera, sebelum ia menjadi pimpinan pondok banyak sekali lika liku untuk bisa sampai pda tahap kesejahteraan. pasalnya, walaupun ia sebagai guru kontrak waktu itu ia juga menjadi kuli bangunan dan petani.

Demi membangun sebuah ponpes, dari hari ke hari ia menabung untuk biaya membeli lahan yang saat ini menjadi ponpes itu.

“Nyakit kita dulu, saya banting tulang jadi buruh panggul buruh bangunan, petani, apa saja saya kerjaakan demi cita-cita dan niat saya membangun Ponpes ini. Tapi alhamdulillah kan sekarang sudah kita bisa lihat bagaimana terbayarnya lelah kita dulu,” katanya.

Seperti yang di lihat sampai sejauh ini banyak sekali siswa didiknya yang menjadi hafidz dan hafidzah. Sopan santun dan tutur cara berprilaku para muridnya itu pun sangat bagus, sehingga tak heran banyak perguruan tinggi islami di Mataram memilih pondok pesantrennya sebagai tujuan penelitian.

“Kita simpel aja, apakah bisa sebuah buku yang bertuliskan ijazah bisa menjadi acuan anak itu perilakunya prestasi itu bagus?. Tidak, justru disini kita mengedepankan pembelajaran untuk santri, mulai dari kedisiplinannya dan cara ajarnya. Sehingga output yang kita keluarkan itu bagus.,” jelas Guru Wan.

Tak hanya muridnya, para pengajar di Ponpes Zainul Hafidz At-taufiq ini pun katanya seleksi masuk sangat ketat. Sehingga tak heran jika output murid-muridnya itu sangat bagus.

Menurut pandanganannya orang-orang yang berhak menjadi orang yang sejahtera adalah orang yang mengajar di pondok pesantren. Karena kata Guru Wan, 85 persen dia yakin mereka setiap hari mengerjakan hal-hal yang baik untuk membangun taatnya kepada Allah SWT.

“Kalau ada orang yang hidupnya tak sejahtera padahal dia pimpinan sebuah perusahaan bisa jadi cara mereka mendapatkan uang tersebut dengan cara yang tidak baik,” katanya.

Tak hanya menghidupkan para guru yang mengajar di ponpesnya itu, ia juga menghidupkan sumber perekonomian di daerah pelosok tersebut. Mulai dari air dalam kemasan yang menjadi sumber pendapatan ponpesnya.

“Itu perlunya kita menghidupkan perekonomian masyarakat kita jadi yang nganggur ini bisa mendapatkan pekerjaan,” tutupnya. (ys)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *